
Dampak Hustle Culture untuk Kesehatan Mental dan Fisik
admin
- 0
Bagi kaum milenial, fenomena hustle culture sudah ngga asing lagi. Ini sering terjadi di kota besar dengan mobilitas yang tinggi. Ini juga sering dikaitkan dengan workaholic dan ternyata memiliki dampak kurang baik untuk kesehatan mental. Lebih jelasnya, yuk simak artikel di bawah ini!
Tentang hustle culture
Budaya ini semakin marak dilakukan sejak tahun 1970 hingga era internet saat ini. Hustle culture adalah suatu pencapaian di masyarakat, hidup untuk bekerja menjadi suatu standar kesuksesan hingga pekerjaan diatas segala-galanya. Pada Oxford Learner’s Dictionary, hustle culture berarti mendorong seseorang untuk bergerak lebih cepat secara agresif. Budaya ini membuat orang untuk bekerja lebih cepat dalam hal budaya kerja. Mendorong pekerja atau pegawai bekerja melewati batas jam normal. Bahkan ketika waktu luang atau hari libur mereka memikirkan pekerjaan.

Ciri orang yang terapkan hustle culture
Mengalami kelelahan kerja atau burnout, dengan gejala menunda pekerjaan, membuat kesalahan lebih banyak saat melakukan tugas, kehilangan minat kerja, merasa lebih cemas dan depresi. Merasa kurang didengarkan atau peduli pada orang lain, makan berlebihan dan mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Ciri lainnya, selalu memikirkan pekerjaan hingga kurang memiliki waktu istirahat, merasa bersalah ketika membuang-buang waktu, tidak puas dengan hasil kerja dan menargetkan sesuatu yang tidak realistis.
Hustle culture lebih sering diterapkan oleh generasi milenial. Badan PusatStatistik di tahun 2020, generasi milenial yang lahir di tahun 1981 hingga 1996 sebanyak 25,87% dari seluruh populasi.
Dampaknya untuk kesehatan mental dan fisik
Rentan mengalami anxiety atau gangguan kecemasan secara berlebih, mengalami gejala depresi, rentan mengalami kelelahan bekerja dan burnout dan muncul perasaan untuk mengakhiri hidup menjadi dampak hustle culture untuk kesehatan mental.

Selain itu, berdasarkan hasil dengan data diambil dari pekerja dengan jam kerja lebih dari 50 jam per minggu di negara Jepang, Korea Selatan, Eropa dan Tiongkok berdampak pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, mengalami peningkatan pada detak jantung dan tekanan darah, penyakit jantung koroner, risiko fibrilasi atrium, resistensi insulin, artimia, hiperkoagulasi dan iskemia.
Di satu sisi berkerja keras itu baik namun jika terlalu berlebihan juga ngga baik. Dampaknya ngga hanya pada fisik namun juga pada psikis. Atur jam bekerja dan istirahatmu, jika memungkinkan sematkan aktivitas hobi agar kegiatan harianmu seimbang. Mengenali batasan diri sendiri dan ngga membandingkan dirimu dengan orang lain juga menjadi salah satu cara supaya kegiatanmu seimbang.
Referensi
Binus University. Fenomena Hustle Culture. https://psychology.binus.ac.id/2022/11/29/fenomena-hustle-culture/. Diakses 18 September 2023.
Mardiana, N., Jima, H., & Prasetya, M. D. (2023). The Effect of Hustle Culture on Psychological Distress with Self Compassion as Moderating Variable. https://www.atlantis-press.com/proceedings/ulicoss-22/125986422. Diakses 17 September 2023.
Mardjuni, S., Thanwain, T., & Karim, A. (2023). Pengaruh Hustle Culture, Fasilitas, Dan Kompensasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pt. Sambang Jaya Indonesia. https://www.journal.stieamkop.ac.id/index.php/mirai/article/view/5317. Diakses 17 September 2023.
Sampoerna University. 2022. Hustle Culture: Definition, Impact and How to Overcome It. https://www.sampoernauniversity.ac.id/hustle-culture-definition-impact-and-how-to-overcome-it/. Diakses 17 September 2023.
Prosehat. Kenali Hustle Culture dan Dampak Negatifnya Bagi Kesehatan. https://www.prosehat.com/artikel/artikelkesehatan/https-wwwhustle-culture-dan-dampak-negatifnya. Diakses 18 September 2023.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP
About the Author
Neta Mustikasari
Lulusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Garut